Di Kota Lecco, Italia, keluarga Gallo-Mazzoleni menyimpan lukisan tua yang memicu perdebatan panjang. Lukisan itu dikenal sebagai Kristus dari Lecco — sketsa darah yang menggambarkan wajah Yesus.
Kini, tim peneliti lintas disiplin menyimpulkan bahwa pelukisnya adalah Leonardo da Vinci.
Penelitian dipimpin oleh Annalisa DiMaria bersama matematikawan Nathalie Popis dan profesor emeritus Jean-Charles Pomerol dari Universitas Sorbonne.
Mereka membandingkan proporsi dalam lukisan ini dengan karya-karya Leonardo lainnya, dan menemukan kesamaan geometris yang khas.
Hasil studi ini dipublikasikan di jurnal OpenScience, memperkuat klaim bahwa lukisan ini adalah bagian dari warisan asli Leonardo.
Leonardo menerapkan rasio emas dalam banyak karya, termasuk Manusia Vitruvian dan Kuda Ideal. Dalam Kristus dari Lecco, proporsi wajah, jarak mata, dan struktur geometris menunjukkan pola yang tak pernah ditiru murid-muridnya.
Ia menghentikan “Persegi Panjang Kesempurnaan” di bawah mulut — bukan di dagu — sebuah detail kecil yang menjadi ciri khasnya.
Ketika diterangi dari belakang, lukisan ini menampilkan wajah lain yang diduga adalah Montezuma, penguasa Aztek. Bersama wajah Yesus dan simbol Dewa Matahari Mesir, Leonardo menyatukan tiga dunia: Eropa, Amerika, dan Mesir.
Ia membangun visi universal tentang kemanusiaan lintas budaya dan spiritualitas.
Leonardo tidak sekadar melukis. Ia menciptakan:
Goresannya menjadi pintu menuju pemahaman bahwa cahaya, pengetahuan, dan kemanusiaan adalah satu kesatuan.
Di tengah dunia yang serba cepat, Kristus dari Lecco mengajak kita berhenti sejenak.
Leonardo mengajak kita menatap, merenung, dan menyadari bahwa di balik setiap wajah, cahaya menyatukan kita semua.
Kesempurnaan bukan milik satu zaman, satu agama, atau satu bangsa. Ia adalah pencarian lintas waktu — dan dalam pencarian itulah, kita menemukan makna terdalam dari menjadi manusia.
Pembukaan
Konfirmasi Ilmiah
Proporsi dan Kode Ilahi
Wajah dari Tiga Dunia
Lukisan Sebagai Mesin Makna
Penutup
