Selama 400 Tahun Sel Darah Merah Masih Membuat Ilmuwan Tercengang

IKLAN 970 X 90 PX

Selama 400 Tahun Sel Darah Merah Masih Membuat Ilmuwan Tercengang

Siar Kita
19/08/2025

Sel darah merah saling merapat di dalam jaring fibrin; gaya osmotik membantu gumpalan darah menjadi lebih padat.
Peran aktif sel darah merah dalam mempererat gumpalan darah: fibrin mengikat, gaya osmotik memadatkan.


Riset terbaru menunjukkan sel darah merah ternyata punya peran aktif yang tak terduga dalam mempererat gumpalan darah. Temuan ini bisa mengubah cara kita menangani penyakit yang berkaitan dengan pembekuan darah.

Para peneliti dari Universitas Pennsylvania menemukan, bukan hanya trombosit yang bekerja mengencangkan gumpalan, melainkan sel darah merah juga ikut beraksi.

Selama ini, ilmuwan mengira sel darah merah cuma “ikut nebeng” saat pembekuan, tanpa melakukan kerja besar. Namun, studi ini membuktikan, sel darah merah justru ikut membantu gumpalan menjadi lebih rapat.

Rustem Litvinov, peneliti senior di Perelman School of Medicine, berkata, “Penemuan ini mengubah cara kita melihat salah satu proses paling vital di tubuh. Temuan ini juga membuka peluang untuk strategi baru dalam mempelajari dan mengobati gangguan pembekuan, baik yang menyebabkan pendarahan berlebihan maupun pembekuan berbahaya seperti pada stroke.”

Penelitian yang dimuat di Blood Advances ini menantang anggapan lama bahwa hanya trombosit yang bertanggung jawab dalam kontraksi gumpalan.

Prashant Purohit, profesor teknik mesin dan mekanika terapan di Penn Engineering, menambahkan, “Sel darah merah sudah dipelajari sejak abad ke-17, tetapi mengejutkan, pada abad ke-21 kita masih menemukan fenomena baru tentang sel darah merah.”

Temuan Tidak Disangka

Sampai sekarang, dunia medis percaya kontraksi gumpalan terjadi karena trombosit menarik serabut protein fibrin seperti tali pengikat. Sel darah merah dianggap cuma penonton.

John Weisel, profesor biologi sel dan perkembangan di Perelman School of Medicine, mengatakan, “Kami pikir sel darah merah hanya membantu gumpalan menutup lebih rapat, bukan ikut menarik.”

Semuanya berubah saat tim mencoba membuat gumpalan darah tanpa trombosit. Mereka mengira tidak akan ada reaksi. Namun, justru gumpalan itu menyusut lebih dari 20%.

Mereka mengulang percobaan dengan darah normal yang aktivitas trombositnya diblokir. Hasilnya? Gumpalan tetap mengecil.

Litvinov bilang, “Itu momen kami sadar, sel darah merah ternyata ikut bekerja.”

Rahasia Mekanisme Gumpalan

Untuk memahami fenomena ini, tim menggandeng Purohit, ahli mekanika material lunak. Dia membuat model matematika yang menunjukkan sel darah merah mengompak karena penyusutan osmotik (osmotic depletion).

Prinsipnya mirip perilaku partikel pada cat, susu, atau air keruh, yang bisa berkumpul saat lingkungan sekitarnya berubah.

“Protein pada cairan sekitar menciptakan perbedaan tekanan yang mendorong sel darah merah saling mendekat,” jelas Purohit. “Gaya ini membuat gumpalan lebih padat, bahkan tanpa trombosit.”

Pembekuan Tanpa Trombosit

Saat darah membeku, fibrin membentuk jaring yang menjebak sel darah merah. Ketika sel-sel itu terjebak rapat, protein pada cairan sekitarnya terdorong keluar dari celah sempit di antara sel-sel itu. Akibatnya, konsentrasi protein di luar sel lebih tinggi dibanding di dalam sela-sela sel, menciptakan tekanan osmotik yang mendorong sel-sel itu semakin rapat.

“Gaya ini membuat sel-sel bergabung dan memberi tekanan ke jaringan fibrin di sekitarnya,” kata Purohit. “Hasilnya, gumpalan jadi lebih kuat dan padat, meski tanpa trombosit.”

Menguji Hipotesis

Sebelumnya, ada teori lain: bridging atau jembatan molekul, suatu keadaan ketika molekul kecil di permukaan sel darah merah saling mengait. Model Purohit mengakui efek ini ada, tetapi jauh lebih lemah dibanding efek penyusutan osmotik.

Alina Peshkova, penulis utama studi ini, menguji model itu. Tanpa molekul bridging, gumpalan tetap berkontraksi. Namun, kalau lingkungan dibuat mencegah penyusutan osmotik, kontraksi hampir tidak terjadi.

Peshkova bilang, “Eksperimen kami membuktikan modelnya benar. Teori dan praktik saling melengkapi.”

Dampaknya untuk Pengobatan

Pengetahuan baru ini bisa membantu mengembangkan terapi untuk trombositopenia — kondisi jumlah trombosit rendah yang menyebabkan pendarahan tidak terkendali. Temuan ini juga memberi petunjuk bagaimana gumpalan bisa pecah jadi fragmen (emboli) yang menyumbat pembuluh darah dan memicu stroke.

Purohit menutup, “Model ini akan membantu kita memahami, mencegah, dan mengobati penyakit terkait pembekuan darah di tubuh.”